Sunday, 30 November 2014

Oral Seks Dan Permasalahannya [6]


Artikel sebelumnya baca disini...


Telaah kedua:
lafazh min haitsu.
Wacana kedua itu mengartikan 'min haitsu amarakumullah' sebagai 'fi haitsu amarakumullah' sehingga maknanya:
Maka datangilah (setubuhilah) mereka itu pada sisi (dari tempat) yang diperintahkan Allah kepadamu.
Tafsiran semacam itu boleh saja, dengan catatan dalam konteks jima' sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, meski sebenarnya ada empat pendapat berbeda tentang tafsir lafazh 'min haitsu':
قوله تعالى: مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ الله فيه اربعة أقوال.
أحدها: أن معناه من قبل الطهر لا مِنْ قِبَلِ الْحَيْضِ، قاله ابن عباس، وأبو رزين، وقتادة، والسدي في آخرين.
والثاني: أن معناه: فأتوهن من حيث أمركم الله أن: لا تقربوهن فيه، وهو محل الحيض، قاله مجاهد، وقال من نصر هذا القول: إنما قال: أَمَرَكُمُ الله, والمعنى نهاكم لأن النهي أمر بترك المنهي عنه، و من بمعنى في كقوله تعالى يَـٰۤأَيـُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوۤا إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ, الجمعة: 9.
والثالث: فأتوهن من قبل التزويج الحلال لا من قبل الفجور، قاله ابن الحنفية.
والرابع: أن معناه فاتوهن من الجهات التي يحل أن تقرب فيها المرأة، ولا تقربوهن من حيث لا ينبغي مثل أن كن صائمات، أو معتكفات، أو محرمات، وهذا قول الزجاج، وابن كيسان
"Firman Allah: Min haitsu amarakumullah, terdapat empat pendapat mengenai ayat ini.
Pertama, maknanya adalah dari sisi ketika suci bukan dari sisi ketika haidh, ini pendapat Ibnu 'Abbas, Abu Razin, Qatadah, dan as-Sudi dari generasi terakhir salaf.
Kedua, bahwasanya maknanya adalah: datangilah di sisi (tempat) yang diperintahkan Allah, bahwasanya janganlah mendekatinya pada tempat itu, yakni tempat darah haidh.
Ini pendapat Mujahid. Dikuatkan oleh pernyataan: teks ayat 'amarakumullah'adalah satu konsep dengan larangan kebalikannya, sebab larangan sama juga dengan perintah untuk meninggalkan yang dilarang.
Sedangkan 'min' bermakna 'fi' sebagaimana dalam ayat 'Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat di hari Jum'at' (min yaumil jumu'at, pen).

Ketiga, datangilah dari sisi pernikahan yang halal bukan dari sisi yang tercela. Ini pendapat Abu Hanifah.
Keempat, bahwasanya maknanya adalah datangilah dari sisi yang dihalalkan untuk mendekati wanita, dan jangan dekati dari sisi yang tidak seharusnya, seperti ketika pereempuan itu berpuasa, i'tikaf, ataupu beribadah ihram.
Ini pendapat az-Zujaj dan Ibnu Kaisan." (Zad al-Masir, 1/223)
Wacana ketiga, oral seks tidak menghasilkan anak dan tidak sesuai dengan maksud penciptaan syahwat.
Jawaban: Oral seks adalah bagian dari percumbuan (istimta') bukan persetubuhan (jima'). Bahkan pada persetubuhan sekalipun menghasilkan anak tidak disepakati menjadi syarat wajib hubungan suami istri. Antara lain mengambil i'tibar dari kebolehan 'azl (mengeluarkan sperma di luar organ kelamin wanita) yang mana berkonsekuensi persetubuhan yang tidak menghasilkan anak.

Disebutkan dalam hadits:
كُنَّا نَعْزِل عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَنْهَنَا
"Kami melakukan 'azl di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu hal itu sampai pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau tidak melarang kami." (HR. Muslim)
وَلَا يَحْرُمُ فِي الزَّوْجَةِ عَلَى الْمَذْهَبِ سَوَاءٌ الْحُرَّةُ وَالْأَمَةُ بِالْإِذْنِ وَغَيْرِهِ
"Azl tidak diharamkan menurut qaul madzhab, baik pada perempuan merdeka ataupun hamba sahaya, baik dengan seijinnya maupun tidak." (Hasyiyah al-Bujairimi 'ala al-Khatib, 14/278)

Sumber:
Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB (PISS-KTB)


No comments:

Post a Comment