Friday, 9 October 2015

kisah Abu Nawas Mencari Cincin, Sebuah Perenungan






Ada sekelumit cerita dari penyair ulung nan jenaka, Abu Nawas, yang bisa kita jadikan pelajaran. Yakni, ketika pria bernama asli Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami itu mencari sebuah cincin.
Dikutip dari situs kisah hikmah, suatu hari Abu Nawas sibuk mondar-mandir mencari sesuatu dan cukup lama.
Gara-gara lamanya masa yang ia gunakan mencari, tidak sedikit tetangganya yang bertanya-bertanya penasaran. Tidak sedikit pula di antara mereka yang mendekati. Lalu, mereka pun bergabung.
“Hai Abu Nawas,” seru salah seorang tetangganya, “apakah yang kamu lakukan?”
"Mencari cincin,” jawab Abu Nawas dengan santai. Sipenanya itu pun langsung ikut membantu mencarikan cincin Ke sana ke mari. Lama. Hingga, mereka pun kelelahan dan bosan.
“Kira kira cincinmu itu jatuhnya di mana?”
Tanya salah seorang yang ikut membantu mencarikan cincin tersebut.
Tanpa merasa bersalah, Abu Nawas menjawab santai, “Seingatku, cincin itu jatuh di dalam rumahku.”
Mendengar jawaban itu, orang-orang pun langsung berhenti mencarikannya. Sebagian ada yang emosi dan langsung pergi. Sebagian lainnya tetap tinggal. “Jika jatuh di dalam rumah mengapa engkau mencarinya di luar rumah?”
Tanya salah seorang diantara mereka. Sejenak menghela nafas, Abu Nawas pun sampaikan alasan, “Bukankah kita sering melakukan itu, saudara-saudaraku? Seringkali kita mencari penyebab di luar diri atas berbagai persoalan yang kita hadapi. Bahkan kita menyalahkan pihak lain saat ditimpa masalah. Dan menjadikan orang-orang di luar diri sebagai penyebab utama atas persoalan yang melilit diri kita.”
Saat sakit, misalnya, seringkali kita berpikir yang aneh-aneh dan rumit. Padahal, yang menjadi sebab utama atas sakit yang kita alami adalah zhalimnya diri terhadap tubuh.
Baik makan sembarangan, mengonsumsi makanan dan minuman yang tak jelas halal dan haramnya, mengabaikan hak tubuh untuk istirahat, abai terhadap olah raga sebagai salah satu komponen utama penunjang kesehatan, bahkan tidak peduli terhadap ruhani sebagai faktor yang amat penting dalam mempengaruhi kesehatan badan. Begitupun dengan banyak persoalan kehidupan lainnya. Kita terlalu mudah memberi maaf pada diri, tapi amat kejam dengan menisbatkan kekeliruan dan kezhaliman diri kepada pihak lain.
Bagi pribadi demikian, persoalan hidupnya akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Soalan-soalan itu tidak akan pernah kelar, sebab hanya dihilangkan dampaknya.
Pasalnya, cara paling efektif untuk menyelesaikan masalah adalah dengan mengatasi sebab utamanya."
Orang orang disekeliling Abu Nawas dibuat malu dan tertunduk diam..


No comments:

Post a Comment