Melestarikan Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Dan Tradisi keNUan Berdasarkan Al-Qur an, Al-Hadits, Ijma' Dan Qiyas
Saturday, 24 October 2015
Cerita Gus Mus Ingin Jadi Pendekar, Malahan Digunduli Mbah Bisri
Banyak kisah Gus Mus saat beliau nyantri di ponpes Lirboyo-Kediri, Jawa Timur.
Kali ini kisah beliau yang terobsesi ingin menjadi pendekar.
Kisahnya itu sebelum Gus Mus dan kakaknya, Gus Kholil diboyong nyantri di Ponpes Krapyak, Yogyakarta. Ya, saat Gus Mus dan Gus Kholil muda masih nyantri di Ponpes Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.
Selain untuk menimbah ilmu agama, Ponpes Lirboyo waktu itu juga dikenal dengan ilmu kanuragannya. Tak sedikit santri Lirboyo yang disebut kebal dengan berbagai senjata tajam.
Karena Gus Mus dan Gus Kholil muda nyantri di sana, mereka pun tak mau ketinggalan memiliki ilmu kanuragan. Duo putra KH Bisri Mustofa (Mbah Bisri) tersebut getol tirakat dan mempelajari berbagai ilmu kejadugan sebagai proses menjadi sakti.
Berbulan-bulan proses itu dilakukan Gus Mus dan kakanya. Kendati secara pasti mereka sendiri tidak mengetahui apakah sudah kebal atau belum, yang jelas spikologi Gus Mus dan kakaknya sudah seperti pendekar sakti.
Tiba saatnya, aktifitas di Ponpes Lirboyo memasuki musim libur. Gus Mus dan kakaknya menyempatkan diri pulang kampung, ke Rembang, Jawa Tengah. Karena sudah merasa seperti pendekar, Gus Mus pulang ke rembang berdandan bak pendekat masa itu.
Dua bersaudara itu pulang ke Rembang sengaja mengenakan pakaian dan perhiasan yang menegaskan kejadugan (pendekar). Rambut gondrong sampai ke punggung pertanda yang disebut-sebut tak mempan dicukur. Baju kutung dan celana komprang sedengkul, warna serba hitam, khas pendekar.
Gus Mus dan kakaknya juga tak lupa mengenakan ikat kepala batik dan terompah kayu yang tebalnya hampir sehasta, mungkin biar mereka dianggap mirip Sunan Kalijaga; dan lain-lain.
Sepanjang perjalanan pulang, duo pendekar jadi-jadian itu benar-benar bergaya super pendekar. Tak jarang mereka membuat keder siapa pun disekitarnya. Memandang langsung kepada mereka pun orang tak berani, takut dikira nantang.
Namun saat tiba di kediamannya, bukan pujian yang didapat Gus Mus dan sang kakak. Ayahnya KH Bisri Mustofa tidak bangga melihat kedua anaknya bergaya seperti itu. Justru sebaliknya, Mbah Bisri marah dan murka.
Melihat sang Ayah marah, Gus Mus dan kakaknya tak bisa berkata apapun, termasuk tak kuasa menolak berganti pakaian dan pakaian ala pendekarnya dibakar sang ayah.
Mbah Bisri juga meminta santrinya memotong rambut gondrong Gus Mus dan kakaknya. Tak berani atau memang kebal, para santri Raudlatuth Thalibin tak bisa memangkas rambut Gus Mus dan Gus Kholil. Akhirnya, Mbah Bisri sendiri yang turun tangan membabat habis rambut mereka.
Tak lama berselang, kepala Gus Mus dan kakaknya jadi plontos. Pendek kata, Mbah Bisri meminta dua putranya itu menghilangkan keinginannya menjadi orang sakti. Kenapa Mbah Bisri melakukan semua itu. "Aku saja cuma kiai, kalian kok mau jadi wali," serga Mbah Bisri.
Biar tidak meneruskan obsesinya jadi pendekar, Gus Mus dan sang kakak akhirnya diboyong dari Lirboyo dan dimasukkan Ponpes Krapyak, Yogyakarta. (sumber Gus Kholil yang ditulis di notesnya).
*http://m.monitorday.com/detail/17138/kisah-gus-mus-ingin-jadi-pendekar-tapi-malah-digunduli-mbah-bisri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment