Oleh: Fadhil Nugroho Adi, S.Hum
BERBICARA tentang Indonesia, negeri yang termahsyur semenjak era pelayaran dan perdagangan pada masa kerajaan-kerajaan kuna di Asia Tenggara ini telah menunjukkan eksistensinya sebagai negeri maritim yang memiliki kerajaan-kerajaan kuna dengan armada laut yang kuat.
Jawa, sejak abad ke-8 Masehi, telah memperlihatkan kemajuan dalam sektor perdagangan. Letak pelabuhan-pelabuhan di Jawa bisa dikatakan sangat strategis karena berada di tengah-tengah antara pulau-pulau penghasil rempah-rempah dan kayu harum, serta Sriwijaya sebagai pusat perdagangan internasional.
Kerajaan-kerajaan kuna bercorak Hindu- Buddha ternyata hanya mengalami masa kejayaan selama kurang lebih sepuluh abad, terhitung sejak abad V Masehi hingga XV Masehi. Mangkatnya Raja Hayam Wuruk pada tahun 1389 menyebabkan kemerosotan pada kerajaan Majapahit, bersamaan dengan arus kedatangan penyebaran Islam di Pulau Jawa. Putra Raja Brawijaya , Raden Patah, yang memeluk agama Islam kemudian mendirikan pusat kerajaan baru sebagai pengganti Kerajaan Majapahit di pesisir pantai utara Jawa Tengah, yakni Kerajaan Demak.
Singhasari, Fajar Majapahit
Keberadaan Kerajaan Singhasari sebagai peletak dasar fondasi kekuatan negara maritim berdiri di Jawa Timur pada abad XIII. Singhasari mampu melakukan ekspansi ke beberapa daerah di kepulauan Nusantara, semisal pulau Sumatera, Semenanjung Malaka, Kalimantan Barat, dan pulau Bali. Kitab Pararaton menyebutkan bahwa Kerajaan Singhasari didirikan oleh Ken Angrok.
Posisi kerajaan Singhasari di hulu Sungai Brantas tak pelak menjadikannya sebagai letak yang strategis, mengingat sungai pada masa itu menjadi prasarana lalu lintas utama untuk transportasi perdagangan, transportasi manusia, bahkan angkutan militer untuk kepentingan perang. Pelabuhan Ujung Galuh yang dimiliki Singhasari merupakan pelabuhan internasional tempat pertemuan dan transaksi produk- produk lokal dengan produk-produk dari luar pulau maupun komoditi dari luar Nusantara seperti Cina dan India.
Kerajaan Singhasari berada pada puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Kertanegara, raja kelima dan terakhir Singhasari. Secara religi, Kertanegara yang dikenal menganut kepercayaan Siwa-Buddha juga melakukan ekspansi keagamaan ke luar Jawa. Kertanegara mendirikan patung berwujud dirinya dengan prasasti bertuliskan “demi raja dan keluarga istana, dan kesatuan kerajaan”.
Keruntuhan Kerajaan Singhasari pada mulanya berawal dari ekspansi politik yang dilakukan Kublai Khan terhadap seluruh negeri-negeri selatan di seberang lautan (Nan-Yang) atau setidaknya menuntut pengakuan atas kekuasaannya dengan mengirimkan duta-duta dari negeri-negeri selatan tersebut untuk menghadap Kaisar Tiongkok.
Kondisi yang timbul selanjutnya di dalam kerajaan Singhasari nampak begitu rumit dengan pemberontakan Jayakatwang , raja Kediri, yang melakukan sebua mendadak ke istana Kertanegara pada tahun 1294, justru ketika kekuatan militer utama Singhasari tengah berada di Melayu. Raja Kertanegara dan keluarganya pun terbunuh. Di tahun yang sama, utusan dari Mongol datang dengan tujuan menghukum Kertanegara yang menolak tunduk pada Kaisar Tiongkok, namun Kertanegara telah terbunuh oleh Jayakatwang . Wijaya, menantu Kertanegara berhasil menyelamatkan diri, dan dialah yang akan membuat sejarah baru dan membangun kerajaan baru, melanjutkan kejayaan Singhasari di Nusantara.
Wijaya, Pendiri Imperium Majapahit
Setelah Wijaya berhasil meloloskan diri dari pemberontakan Jayakatwang terhadap kerajaan Singhasari ia mendirikan pusat kerajaan Majapahit yang terletak di bagian hilir Kali Brantas, Jawa Timur, pada tahun 1293. Lokasi pusat kerajaan Majapahit meliputi lembah sungai dan dataran delta yang merupakan timbunan lumpur sungai berupa abu vulkanik dari gunung berapi yang tersebar di sekitarnya , sehingga tanah di sekitar Majapahit merupakan tanah dengan tingkat kesuburan tinggi.
Beberapa sumber sejarah lokal menyebutkan kesaksian atas kebesaran Kerajaan Majapahit, demikian pula dengan jalinan hubungan diplomatik Majapahit dengan negeri-negeri asing di luar Nusantara semisal hubungan Majapahit dengan kekaisaran Cina. Hubungan ini menjadi penting berkaitan dengan para pedagang Cina yang bermukim di kota-kota pelabuhan Majapahit, setidaknya sejak akhir abad XIV.
Kemajuan dalam Bidang Ekonomi dan Militer
Secara ekonomis, perdagangan laut yang melibatkan Kerajaan Majapahit memiliki andalan ekspor yaitu beras yang dapat diperdagangkan di pulau-pulau sebelah timur, khususnya kepulauan Maluku, dan ke barat yaitu kota-kota pelabuhan seperti Palembang, Melayu, dan Pasai.
Sementara secara militer, Kerajaan Majapahit dikenal memiliki armada maritim yang kuat terlihat dengan dilakukannya empat ekspedisi laut untuk menundukkan kekuasaan di daerah. Ekspedisi militer pertama dilakukan di bawah pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi dengan Bali sebagai tujuannya pada tahun 1343. Ekspedisi militer kedua adalah penaklukkan Dompo (Sumbawa) sebelum tahun 1365, lalu penyerbuan ke Palembang tahun 1377. Dikisahkan dalam historiografi tradisonal bahwa Majapahit juga diberitakan menyerang kerajaan Pasai (kira-kira pertengahan abad XIV) dan Singapura (Tumasik) kira-kira pada perempat akhir abad XIV.
Kemunduran Majapahit Kemunduran Kerajaan Majapahit dimulai ketika kerajaan-kerajaan pantai yang memiliki pelabuhan-pelabuhan internasional menjadi semakin kaya dan jaya. Majapahit juga memiliki ideologi tandingan baru yakni Islam, dan sekaligus melepaskan diri dari kekuasaan pusat Majapahit. Secara internal terjadi pula konflik- konflik perebutan tahta antarkeluarga kerajaan, demikian halnya dengan pemberontakan para kepala daerah yang antara lain disebabkan oleh semakin beratnya besaran pajak dari pemerintah pusat pasca segregasi kota-kota pelabuhan. Kejatuhan Majapahit diidentifikasi berlangsung pada tahun 1478 Masehi (1400 Çaka) berdasar Candra Sengkala “sirna ilang kertaning bhumi”dalam Babad Jawa.
Sumber: Suara Merdeka
No comments:
Post a Comment