Saturday, 4 June 2016

Cadar & Pakaian Gamis Budaya Arab Atau Baju Syariat?





Menilai diri Seseorang melalui busana/penampilan, ini merupakan cara yang salah dan kurang tepat, karena penilaian tersebut pastinya akan tidak akurat dan tidak benar. Penilaian yang sering dilakukan oleh manusia secara jhahir jarang melihat aspek lainnya.

Memiliki Paras yang cantik/tampan, Seperti yang sering kita lihat di televisi, media sosial atau secara langsung di indonesia dari busana penduduk arab, dengan memakai sorban dan jubbah, merka belum tentu mereka itu seorang ulama, berbusana rapi dan menutup aurat bukan berarti orang tersebut suci hatinya karena penampilan itu hanya formalitas bukan sebagai ukuran.

Di indonesia penduduknya sangat mencintai dan mensakeralkan budaya dalam kehidupan, termasuk dalam berpakaian, seorang kiyai memakai sorban, atau ustazah memakai baju yang longgar dan tertutup, dan mayrakat menghormati ini karena menganggap orang yang mulia dan ahli agama. padahal di arab,Busana Penduduk Arab memang demikian.

Bahkan memasukkan budaya ke dalam syariat islam atau mensyariatkan budaya, pada awalnya tujuan ini dilakukan adalah agar islam bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, namun pada akhirnya setelah islam merambat ke seluruh tanah air, oleh penganut islam tidak bisa lagi memilah antara budaya dan syariat islam. meskipun terkadang dihadapkan dengan dalil yang jelas tapi mereka tetap mempertahankan budaya tersebut, dengan alasan sudah keturunan nenek monyang.

Dalam Islam Menutup Aurat Hukumnya Wajib dan Berdosa bagi yang tidak menutup auratnya, baik laki-laki dan wanita sudah jelas dan ditentukan batas-batas auratnya dalam syariat islam.

sebagaimana kesepakatan para ulama  Menutup aurat hukumnya wajib berdasarkan firman Allâh Azza wa Jalla dalam surat [an-Nûr/24:31] silahkan anda baca ayat dan terjemahannya.

Ayat tersebut sudah jelas bahwa berdasarkan syariat islam, Aurat wajib ditutup, bagi laki-laki dan perempuan. Nah, beranjak dari sini, ada sebuah pertanyaan yang menarik, Apakah Busana orang arab itu lebih pantas dikatakan menutup aurat.? untuk menjawab pertanyaan ini sebaiknya kita merujuk kembali kepada sejarah.

Sebelum datangnya islam, Mayoritas Bangsa Arab mengenakan pakaian yang sama setelah mereka masuk islam, hanya saja terlepas dari kemewahan, begitu juga dengan perempuan-perempuan arab, menutup tubuh mereka dari busana yang mereka kenakan. kecuali bagi wanita penghibur pada masa itu.

Memakai pakaian seperti gamis, mengenakan selendang dan memakai penutup kepala dengan sorban bagi laki-laki ini merupakan budaya.  Rasulullah SAW memakai jubah, sorban dan berjenggot ya karena tradisi orang Arab seperti itu. Abu Jahal juga berpakaian yang sama, berjenggot pula. Bedanya kalau Rasul wajahnya mesem (sarat senyum) karena menghargai tradisi setempat. Nah, kalau Abu Jahal wajahnya kereng (pemarah). Silahkan mau pilih yang mana.

sama halnya dengan Indonesia penduduknya mengenakan baju koko, sarung dan peci ketika beribadah, Nah asas dasar syariatnya adalah menutup aurat dan tidak memamerkan bentuk tubuh.



Kembali lagi kepada Syariat menutup aurat, bagaiaman batasan aurat bagi seorang wanita, jika kita sudah mengetahui batasannya, bagaimana cara menutupnya. menutupnya itu hanya dengan menggunakan hijab/jilbab, jadi ini bukanlah budaya arab melainkan syariat agama. yang menjadi permasalahan adalah bentuk hijab itu sendiri yang sudah miring hampir kehilangan fungsinya.

Maksudnya, model hijab modern  yang berkembang pada masa sekarang sudah melenceng dari fungsinya sebagai penutup aurat. sudah masuk dala kategori membungkus.

Jika ada pendapat yang mengatakan tidak wajib memakai hijab/jilbab bagi perempuan dan mengatakan hijab itu sendiri budaya Arab. itu sudah melenceng dan fikirannya sudah masuk dalam kategori keliru, karena rata-rata orang yang berpendapat demikian bukanlah orang-orang bodoh mereka itu ahli fikir dan memiliki kepintaran yang tinggi. Allahu A'lam

Sumber:

http://www.zonapendidikan.com/2016/04/pakaian-arab-syariat-islam-atau-budaya.html



No comments:

Post a Comment