Saturday, 5 September 2015

Jika Suami Harus Cuci Baju...





Syaikh Fuad Shalih dalam kitabnya "Liman Yuriidu Az Ziwaaj wa Tazawuj" menyampaikan empat nasehat Rasulullah SAW untuk para suami. Termasuk mengenai tugas cuci pakaian.
Beliau mencantumkan hadits ini agar para suami berbenah diri, tidak hanya menuntut istri mempersembahkan yang terbaik bagi dirinya, tetapi juga ia mempersembahkan yang terbaik untuk istrinya.
Empat nasihat ini secara khusus mengajarkan suami untuk berpenampilan menarik di rumah.
Berikut empat nasehat tersebut:
Cucilah Bajumu

Nasehat pertama ini memiliki dua pemahaman. Pertama ada pada proses dan kedua terletak pada hasilnya.
Sebagai sebuah proses, “cucilah bajumu” berarti berbagi dengan istri dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah, khususnya bagi keluarga yang tidak memiliki pembantu.
Mencuci baju tidak harus dilakukan oleh istri saja, melainkan suami juga melakukannya.
Konsep berbagi peran inilah yang diteladankan oleh Rasulullah. Kendati beliau adalah pemimpin negara, seorang Nabi, pemimpin ummat dan panglima perang, beliau menyempatkan diri untuk membantu istri-istrinya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Ditinjau dari pemahaman hasil, “cucilah bajumu” membuat suami tampil dengan pakaian rapi di depan istrinya, tidak kusut serta tidak menyebalkan.
Mungkin sebagian suami tidak merasa perlu tampil rapi di hadapan suaminya, terlebih ketika malam tiba. Akan tetapi, jika ia menuntut istrinya tampil prima di depannya, mengapa ia tidak menuntut dirinya melakukan hal yang sama?
Bukankah Islam menjunjung keadilan?
Para suami kadang belum juga mengerti bahwa wanita itu tidak selalu mencurahkan perasaannya kepada suami.
Ia kadang menyimpannya di hati dan berusaha menyabarkan diri. Saat para suami dengan mudah mengatakan “Pakaialah baju yang indah”, para istri hanya menahan sabar melihat sang suami menghampirinya dengan baju berbau.
Berpenampilan rapi dan menarik tidak harus dilakukakn oleh isteri untuk sang suami saja, melainkan si suami juga sama.
Rapikan rambutmu

Ketika berangkat kerja, ketika pergi ke kantor, ketika hendak syuro, ketika mau mengisi pengajian, para lelaki yang katanya tidak suka dandan, minimal merapikan rambut.
Lalu saat hanya berdua dengan istri, mengapa tidak melakukan hal serupa? Bukankah jika begitu lebih mengutamakan orang lain daripada istrinya sendiri? Padahal rekan-rekan kerjanya tidak memasakkannya.
Teman-temannya juga tak bisa merawatnya ketika ia sakit. Yang setia menemani, yang setia merawat adalah istri. Dan tidak ada orang lain yang bisa menghangatkannya di kala kedinginan kecuali istrinya sendiri. Lalu mengapa kebanyakan suami justru tak bisa tampil rapi saat bersamanya?
Gosoklah gigimu

Bau mulut adalah satu hal yang mengganggu komunikasi dan menjadi pembatas kedekatan. Ketika seorang suami tak suka istrinya mengeluarkan bau saat ia berbicara, demikian pula istri sebenarnya tak suka jika suaminya menghampirinya dengan bau yang tak sedap.
Jika berduaan dengan istri, pastikan sudah gosok gigi. Pastikan tak ada bau yang mengganggu. Hingga curhat pun menjadi mengasyikkan. Hingga berduaan pun jadi penuh kemesraan.
Dan lebih dari itu, menggosok gigi atau bersiwak mendatangkan dua kebaikan. Kebersihan dan kesehatan mulut, serta mendatangkan keridloan Tuhan.
“Bersiwak itu membersihkan mulut dan membuat Tuhan ridha” (HR. Al Baihaqi dan An Nasa’i).
Berhiaslah untuk istrimu
Para sahabat Nabi adalah suami-suami yang terdepan dalam mengamalkan nasehat ini. Ibnu Abbas mengatakan;
“Aku suka berhias untuk istriku sebagaimana aku suka istriku berhias untukku.”
Mengapa demikian, karena Ibnu Abbas yakin, “Sesungguhnya berhiasnya suami di hadapan istrinya akan membantu istri menundukkan pandangannya dari melihat laki-laki selain suaminya. Berhiasnya suami di hadapan istrinya juga makin mendekatkan hati keduanya.”
Jika para sahabat yang sibuk berdakwah dan berjihad tidak lupa berhias untuk istrinya, bagaimana dengan kita?
Semoga bermanfaat.
(keluargacinta.com)





No comments:

Post a Comment